Article | 2022-02-21 03:51:59
Resesi Gingiva
‘Si Pembuat Masalah’
Permasalahan gigi dan mulut tidak hanya tentang gigi semata, namun juga gusi. Tanpa kita sadari, kebiasaan buruk kita, misalnya cara menyikat gigi yang salah dapat menimbulkan beberapa masalah, contohnya gusi turun. Gusi turun Gusi turun atau yang biasa disebut resesi gingiva adalah kondisi di mana gusi turun ke arah akar gigi (apikal) akibat kehilangan perlekatan periodontal. Turunnya gusi ini dapat menyebabkan beberapa masalah yang akan mengganggu, apa saja itu? Dalam artikel ini akan dibahas mengenai resesi gingiva dan cara mengatasinya.
Resesi gingiva merupakan masalah kesehatan mulut yang kerap menimbulkan berbagai keluhan, umumnya seseorang yang mengalami resesi gingiva mengeluhkan giginya terlihat lebih panjang. Hal ini terjadi karena tepi gusi yang sebelumnya menutupi bagian leher (servikal) gigi turun ke arah akar, akibatnya permukaan akar yang tadinya tertutup menjadi terbuka. Kondisi resesi gingiva dapat meningkat seiring bertambahnya usia seseorang karena penuaan. Masalah yang sering dikeluhkan penderita akibat resesi gingiva adalah masalah estetis, terutama jika resesi terjadi pada gigi anterior atas. Selain itu, resesi gingiva juga dapat menyebabkan hipersensitivitas dentin akibat terbukanya permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva. Permukaan akar yang terbuka juga memudahkan terjadinya erosi maupun abrasi pada sementum maupun dentin akibat lingkungan rongga mulut maupun akibat aktivitas menyikat gigi. Kondisi ini cenderung menimbulkan rasa sakit (ngilu) jika terkena rangsangan terutama akibat perubahan suhu. Selain itu, permukaan akar yang terbuka menyebabkan gigi rentan terhadap karies servikal. Jika dibiarkan saja, resesi gingiva dapat berkembang menjadi penyakit periodontal yang lebih parah hingga menyebabkan gigi goyang. Resesi gingiva dapat terjadi pada satu area gigi atau lebih.
Resesi gingiva dapat disebabkan karena beberapa hal ini, antara lain;
Cara menyikat gigi yang salah
Arah menyikat gigi yang salah dapat meningkatkan risiko gusi turun, selain itu menyikat gigi terlalu keras juga dapat menjadi salah satu faktor yang memicu kondisi resesi gingiva.
Radang Gusi (Gingivitis)
Radang gusi yang tidak segera ditangani lama-lama bisa berkembang menjadi radang pada jaringan periodontal yang lebih dalam (periodontitis), ditandai dengan adanya resesi gingiva, kemudian berkembang menjadi infeksi, hingga gigi goyang dan gigi tanggal.
Tekanan Berlebih
Tekanan berlebih pada saat mengunyah makanan, terlebih dilakukan hanya pada satu sisi dan dilakukan terus menerus untuk waktu yang lama akan menyebabkan trauma oklusal yang dapat membuat struktur serat kolagen pada jaringan periodontal rusak, terutama pada tepi gusi, sehingga resesi gingiva dapat terjadi.
Kalkulus
Kalkulus atau karang gigi yang menumpuk lama kelamaan dapat mendorong gusi ke arah apikal, sehingga terjadi resesi gingiva.
Perubahan Hormon
Faktor hormonal pada masa pubertas, kehamilan, dan menopause dapat meningkatkan risiko penyakit gusi dan lebih rentan mengalami resesi gingiva.
Beberapa kebiasaan atau kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko resesi gingiva antara lain, merokok, konsumsi obat-obatan tertentu, penyakit sistemik seperti HIV/AIDS, diabetes, dan kondisi mulut kering (xerostomia).
Penanganan untuk mengatasi resesi gingiva yang paling awal dan mendasar adalah scaling dan root planing. Untuk kondisi yang lebih parah, dokter gigi akan melakukan tindakan bedah periodontal seperti gingivektomi, gingivoplasty, atau Excisional New Attachment Procedure (ENAP) untuk mendapatkan perlekatan gusi yang baik, serta meningkatkan kesehatan gusi. Selain itu gingiva graft atau cangkok gusi juga dapat dilakukan dengan mengambil sebagian jaringan gusi dari bagian lain dalam mulut dan mencangkokkannya pada bagian yang mengalami resesi. Resesi gingiva dapat dicegah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut, terutama menyikat gigi dengan cara yang benar. Periksakan gigi anda setidaknya 6 bulan sekali ke dokter gigi. Semakin dini kondisi resesi gingiva terdiagnosis, semakin sederhana perawatan yang dilakukan untuk menanganinya. Wujudkan impian anda memiliki gigi bersih dan sehat tanpa masalah gusi dan jaringan periodontal dengan perawatan dental terbaik untuk keluarga di BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center. BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center siap melayani anda dengan dokter gigi profesional terbaik di bidangnya. BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center merupakan klinik gigi terpercaya di dekat Kuta dan tidak jauh dari bandara. Jangan sampai masalah gigi merusak liburan anda di Bali, jika anda sedang menikmati pemandangan Ubud yang asri dan tanpa diduga memerlukan dokter gigi, jarak dari Ubud menuju BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center kurang lebih 35 km.
BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center
Jl. Sunset Road No.86A, Seminyak, Badung, Bali Indonesia 80361.
+6282139396161
REFERENSI:
Chrysanthakopoulos NA. Occurrence, extension and severity of the gingival recession in a Greek adult population sample. J Periodontol Implant Dent 2010; 2(1): 37-42.
Bartold PM. Dentinal hypersensitivity: a review. Australian Dent J 2006; 51(3): 212-8.
Amran AG, Ataa MAS. Statistical analysis of the prevalence, severity and some possible etiologic factors of gingival recessions among the adult population of Thamar city, Yemen. RSBO. 2011; 8(3): 305-13.
Jati, Ana Suzy; Furquim, Laurindo Zanco; Consolaro, Alberto (2016). Gingival recession: its causes and types, and the importance of orthodontic treatment. Dental Press Journal of Orthodontics, 21(3), 18–29. doi:10.1590/2177-6709.21.3.018-029.oin
Gum Disease. Canadian Dental Assosiation. Retrieved January 24, 2022, from https://www.cda-adc.ca/en/oral_health/talk/complications/diseases/gum_diseases.asp
Periodontal (Gum) Disease. (2018). National Institutes of Health. Retrieved January 24, 2022, from https://www.nidcr.nih.gov/health-info/gum-disease