Article | 2022-06-22 02:50:25
Home » Articles » Ortodontis vs Tukang Gigi, Mengenal Dampak Buruk Behel Abal-Abal
Ortodontis vs Tukang Gigi,
Mengenal Dampak Buruk Behel Abal-Abal
Kebutuhan pasien akan perawatan dental untuk memiliki senyuman yang indah semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi di kedokteran gigi. Banyak cara dapat dilakukan untuk mendapatkan tampilan gigi yang sehat dan indah, termasuk perawatan ortodontik. Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk merawat gigi ke dokter gigi masih cukup rendah. Stigma perawatan dental di klinik gigi begitu mahal membuat sebagian masyarakat di Indonesia lebih memilih melakukan perawatan gigi di tukang gigi, sekalipun sudah banyak laporan mengenai hasil perawatan gigi di tukang gigi yang berakibat fatal, nyatanya praktik tukang gigi di Indonesia masih cukup diminati oleh sebagian orang. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai risiko kesehatan yang mungkin dialami pasien jika melakukan perawatan gigi, khususnya behel abal-abal di tukang gigi.
Berdasarkan sejarahnya, profesi tukang gigi di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan tukang gigi (tandmeester), yang kala itu dikenal dengan sebutan dukun gigi sudah menguasai pasar. Praktik dokter gigi sebenarnya sudah ada, tapi sangat terbatas dan hanya melayani orang Eropa yang tinggal di Surabaya. Terbatasnya jumlah dokter gigi saat itu, selain karena tingginya biaya untuk menempuh pendidikan tersebut, bahkan orang pribumi yang ingin menimba ilmu kedokteran harus kuliah di luar negeri. Masyarakat di masa itu pun banyak yang menganggap kesehatan gigi bukanlah hal yang terlalu penting atau serius. Hal tersebut kemungkinan menjadi salah satu alasan sulitnya menghilangkan keberadaan tukang gigi di Indonesia. Padahal sebenarnya, perawatan gigi yang dikerjakan melalui prosedur yang tidak tepat dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan.
Penggunaan alat ortodontik cekat berupa braces atau yang lebih populer disebut behel menjadi trend tersendiri sekitar awal tahun 2000an hingga sekarang. Sejatinya perawatan ortodontik dengan braces bertujuan untuk merapikan susunan gigi yang kurang rapi hingga mencapai lengkung rahang yang ideal. Perawatan ortodontik sendiri dapat dilakukan oleh dokter gigi umum untuk kasus ringan, dan spesialis ortodonti (ortodontis) untuk kasus yang lebih sulit. Sayangnya, trend penggunaan behel di masyarakat mendorong sebagian masyarakat menggunakan behel sekalipun tidak terlalu membutuhkannya. Parahnya lagi, karena biaya perawatan ortodontik yang tergolong mahal, sebagian orang memutuskan untuk memasang behel di tukang gigi karena harganya yang jauh lebih murah dan pengerjaannya cepat. Padahal untuk memasang behel, seorang dokter gigi harus menganalisis terlebih dahulu keadaan gigi dan jaringan pendukung di sekitarnya. Dokter gigi akan memperkirakan setiap ruang atau gerakan yang dibutuhkan agar gigi dapat menjadi teratur dan sesuai dalam satu lengkung rahang. Bahkan pada beberapa kasus, dokter gigi mungkin akan melakukan tindakan pencabutan agar gigi-gigi tersebut dapat bergeser ke arah yang diinginkan. Sebaliknya, jika anda memasang behel di tukang gigi, mereka biasanya akan memasang langsung tanpa melakukan pemeriksaan dan analisis terlebih dahulu, akibatnya susunan gigi justru akan menjadi semakin tidak beraturan, bahkan keluar lengkung rahang. Hal ini dapat menyebabkan masalah lain seperti tampilan gigi dan senyuman yang buruk, gangguan pengunyahan, sampai masalah sendi rahang.
Tren penggunaan behel di masyarakat menjadi alasan tukang gigi menciptakan istilah-istilah khusus untuk memikat ‘calon korbannya’ seperti, behel fashion, behel Korea, behel Thailand, dan lain sebagainya. Hal ini jelas salah, karena sesungguhnya perawatan ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi hingga mencapai lengkung rahang ideal dan memperbaiki relasi rahang atas dan rahang bawah. Tidak pernah ada istilah behel fashion atau lainnya, ini tidak lebih dari sekadar trik marketing untuk menarik perhatian masyarakat. Berdasarkan temuan kasus Korban Tukang Gigi (@kortugi) baru-baru ini di media sosialnya, beberapa anak di bawah umur bahkan menjadi ‘korban’ pemasangan behel oleh tukang gigi karena permintaan orang tua anak tersebut. Padahal behel seharusnya tidak ditujukan untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Penggunaan behel sembarangan pada gigi susu justru akan mengganggu tumbuh kembang rahang dan gigi, akibatnya pertumbuhan gigi permanen akan terganggu dan tidak beraturan, bahkan sulit erupsi karena kekurangan ruang untuk erupsi.
Perawatan dental harus dilakukan oleh tenaga profesional yaitu dokter gigi, bukan tukang gigi. Perawatan dental yang sembarangan dan tidak sesuai prosedur maupun indikasi akan berakibat fatal bagi kesehatan kita di masa depan. Perawatan ortodontik sangat penting untuk mencapai lengkung gigi ideal yang baik. Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi terbaik pilihan anda agar kesehatan gigi dan mulut anda sekeluarga terjamin. BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center hadir dengan fasilitas lengkap dan terbaik, dengan dokter gigi terpercaya di bidangnya, termasuk orthodontist. Dengan melakukan konsultasi dengan dokter gigi sebelum perawatan dental, anda dapat menentukan perawatan dental terbaik untuk anda tanpa perlu merasa cemas. BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center merupakan klinik gigi terpercaya di dekat Kuta dan tidak jauh dari bandara. Jangan sampai masalah gigi merusak liburan anda di Bali, jika anda sedang menikmati pemandangan Ubud yang asri dan tanpa diduga memerlukan dokter gigi, jarak dari Ubud menuju BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center kurang lebih 35 km. Percayakan perawatan gigi anda pada dokter gigi di klinik gigi terbaik di Bali pilihan anda.
BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center
Jl. Sunset Road No.86A, Seminyak, Badung, Bali Indonesia 80361.
+6282139396161
REFERENSI:
Milton B. Asbell, A Brief History of Orthodontics, American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, Vol.98, 1990
JK. Williams, dkk, Alat-alat Ortodonsi Cekat:Prinsip dan Praktik, Terj. Budi Susetyo (Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012)
Anonym, “Sejarah Tukang Gigi di Indonesia”, http://www.beritasatu.com/nasib-tukanggigi/47915-inilah-sejarah-tukang-gigi-di-indonesia.html (Diakses 3 Juni 2022)
https://www.kortugi.id/search/label/TUKANG%20GIGI (Diakses 4 Juni 2022)