Article | 2024-01-21 10:32:09
Tingkat Keamanan Bahan Pemutih Gigi
Pemutihan gigi adalah salah satu metode untuk mengatasi perubahan warna gigi dengan memulihkan warna gigi ke kondisi semula melalui proses perbaikan kimiawi, dengan tujuan meningkatkan faktor estetika bagi pasien.
Dengan kemajuan teknologi, prosedur pemutihan gigi kini dapat dilakukan di rumah di bawah pengawasan dokter gigi. Meningkatnya ketersediaan produk pemutih gigi di pasaran menekankan pentingnya dokter gigi untuk bersiap menghadapi pertanyaan masyarakat, termasuk produk mana yang terbaik, efek sampingnya, kontraindikasinya, sejauh mana warna dapat bertahan, dan pertimbangan lainnya. Bahan yang digunakan untuk prosedur pemutihan gigi dikategorikan menjadi dua jenis utama:
1. Bahan pemutih dengan kandungan peroksida: Karbamid peroksida banyak digunakan dalam berbagai produk pemutih, baik untuk prosedur di rumah maupun di klinik gigi. Semua produk yang disetujui oleh ADA untuk penggunaan di rumah biasanya menggunakan karbamid peroksida 10% yang diaplikasikan pada cetakan sendok. Namun, untuk prosedur di rumah, tetap harus dalam pengawasan dan petunjuk dokter gigi. Produk dengan konsentrasi karbamid peroksida lebih dari 10% tidak disetujui sebagai bahan yang aman dan efektif oleh ADA untuk penggunaan di luar klinik gigi.
2. Pasta gigi yang mengandung bahan pemutih:
Prosedur pemutihan gigi melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi, di mana peroksida berperan sebagai agen pengoksidasi. Karbamid peroksida akan terurai menjadi hidrogen peroksida dan urea. Hidrogen peroksida ini akan menghasilkan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan molekul organik dalam email gigi. Dengan adanya reaksi ini, molekul organik yang berukuran lebih besar dan berpigmen tinggi akan menjadi molekul berukuran lebih kecil dan lebih sedikit pigmen. Molekul kecil ini lebih sedikit merefleksikan cahaya. Sehingga hasil akhirnya gigi tampak lebih putih.
Tingkat keamanan seringkali berkaitan dengan adanya efek samping yang ditimbulkan pada permukaan gigi, jaringan pulpa, dan jaringan mukosa mulut setelah prosedur pemutihan gigi. Efek samping yang umum terjadi adalah sensitivitas gusi dan iritasi pada jaringan lunak seperti gusi. Kandungan hidrogen peroksida dapat menembus ke dalam ruang pulpa melalui email dan dentin, sehingga menyebabkan rasa ngilu. Oleh karena itu, disarankan untuk mengaplikasikan flour setelah perawatan untuk mengurangi rasa ngilu dan untuk proses remineralisasi. Selain itu, untuk mencegah iritasi pada mukosa, disarankan menggunakan karet pelindung selama perawatan. Dalam lima tahun terakhir, prosedur ini dianggap aman dan efektif dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Kandungan hidrogen peroksida/karbamid peroksida (untuk prosedur di klinik sekitar 15-38%; sedangkan untuk perawatan di rumah sekitar 3-10%).
2. Perlu diperhatikan jika ada pasien yang alergi.
3. Proses perawatan ini tetap dalam pengawasan dokter gigi.
Selalu konsultasikan masalah kesehatan gigi dan mulut Anda pada dokter gigi dan klinik gigi terbaik di Bali pilihan Anda.
Referensi:
Haywood VB. Tooth Whitening: Indications and Outcomes of Nightguard Vital Bleaching. Quintessence Int. 1992;23(7):471-88.
Kugel G, Petkevis J. Aesthetic Dentistry Today. 2006;66-71.
Joiner A. The bleaching of teeth: a review of the literature. J Dent. 2006;34(7):412-9.
Carey CM. Tooth Whitening: What We Now Know. J Evid Based Dent Pract. 2014;14 Suppl:70-6.
Informasi Kontak:
BIA (Bali Implant Aesthetic) Dental Center
Jl. Sunset Road No.168, Seminyak, Badung, Bali Indonesia 80361.
+6282139396161