Keberanian Anak ke Dokter Gigi dibentuk dari Keluarga

Article | 2020-02-18 14:23:49

Home » Articles » Keberanian Anak ke Dokter Gigi dibentuk dari Keluarga


Anak memiliki hak kesehatan yang sama dengan orang dewasa. Tak terkecuali untuk kesehatan gigi. Anggapan bahwa gigi anak akan berganti dengan gigi dewasa membuat orang tua menjadi menyepelekan gigi anak yang sudah rusak.

“Nanti juga ganti sendiri.” Begitu pikirnya.

Ditambah lagi tantangan sulitnya mengendalikan anak agar tidak takut ke dokter gigi.

Bagaimanapun orang tua adalah pemegang kendali kebiasaan pada anak dari pembiasaan aktivitas sehari-hari. Kebiasaan inilah yang akan membuat anak tidak merasa asing dengan dokter gigi. Hal-hal yang bisa dilakukan orang tua adalah sebagai berikut:


  • Rawat gigi anak dan lakukan pemeriksaan mandiri di rumah.

Anak lebih nyaman dengan perawatan dokter gigi jika anak sudah terbiasa mengalaminya di rumah. Orang tua bisa mulai membiasakan dengan membantu membersihkan giginya sejak bayi. Usaha membersihkan mulut bayi bisa dimulai dengan menggunakan kassa/perban steril yang dibalutkan ke jari. Celupkan di air hangat kemudian usap dengan lembut selepas minum ASI/susu formula. Untuk bayi yang lebih dewasa bisa dibantu dengan finger toothbursh yang dijual bebas di apotek atau toko perlengkapan bayi. Kemudian untuk usia-usia berikutnya, kenalkan dengan sikat gigi anak. Inilah saatnya si anak akan belajar membersihkan giginya sendiri.

Luangkan waktu juga untuk melakukan pemeriksaan sederhana dan menjelaskan kepada anak tentang kesehatan gigi dengan bahsa anak. Pastikan setiap apa yang orang tua lakukan harus disertai dengan penjelasan verbal agar si anak paham.

  • Orang tua harus mampu menjadi contoh

Anak akan selalu menjadikan orang tuanya sebagai contoh. Mereka adalah peniru yang baik dan dengan proses meniru tersebut, akan terbentuk kebiasaan.

Ajak anak ketika orang tua sedang menggosok gigi. Jadikan kegiatan rutin. Tiap pagi hari setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur. Pastikan anak selalu melihat rutinitas orang tua ketika menggosok gigi.

  • Gunakan bahasa yang positif dan tidak menakutkan

Jangan menakut-nakuti anak dengan kata-kata yang menakutkan soal perawatan di dokter gigi. Katakan bahwa seorang dokter gigi akan membantu memuat gigi sehat, cantik/ganteng dan tidak sakit.

Ada kebiasaan di masyarakat yang selalu memberikan peringatan untuk anak-anaknya yang bandel dengan ancaman: jika sakit nanti disuntik pak dokter. Ini berbahaya karena membuat citra dokter menjadi seseorang yang kerjaannya menghukum anak nakal. Dijamin keteka si anak benar-benar butuh berkunjung ke dokter, anak akan trauma karena merasa sedang dihukum atas kenakalannya.

  • Jelaskan tentang kesehatan gigi dengan media pembelajaran yang bevariasi.

Bacakan buku cerita tentang bagaimana cara menjaga kesehatan gigi. Cerita dalam bentuk dongeng akan membuat imajinasi si anak lebih aktif. Video edukasi anak juga bisa dipakai untuk lebih menggambarkan secara visual.

  • Berikan ucapan selamat atau hadiah

Untuk memberikan apresiasi dan semangat untuk berbuat lebih baik lagi, orang tua bisa memberikan apresiasi dalam bentuk ucapan selamat, pujian atau bahkan hadiah. Namun jika anak masih belum kooperatif, jangan berikan hukuman atau kritikan yang tidak membangun. Barangkali anak belum memahami dan belum tumbuh urgensi untuk melakukan apa yang telah dicontohkan. Coba berikan pendekatan yang berbeda terkait dengan apa yang mereka butuhkan. Bisa sambil mengerjakan hobi atau minat tertentu dari si anak. 

  • Mulai kenalkan dokter gigi ke anak

Kebiasaan baik yang harus dilihat, dipelajari dan ditiru anak adalah kebiasaan dental checkup secara berkala. Ajak anak Anda ketika melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi agar melihat bagaimana Anda ditangani oleh dokter gigi. Kecemasan orang tua terhadap suatu perawatan akan mudah sekali terbaca oleh anak-anak. Maka jangan menunjukkan kecemasan, atau ungkapan-ungkapan yang menunjukkan kekhawatiran jika sedang dirawat oleh dokter gigi.


Jika kebiasaan ini bisa kita tanamkan sehari-hari di rumah, anak akan terbiasa dengan situasi tersebut. Sehingga ketika harus berkunjung ke dokter gigi, anak tidak akan memiliki pikiran-pikiran buruk terhadap situasi tersebut.                  


Sumber:

  1. https://www.ibupedia.com/artikel/balita/usia-paling-tepat-mengajak-anak-ke-dokter-gigi 

  2. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170228171402-255-196820/pentingnya-orang-tua-peduli-perawatan-gigi-anak-sejak-dini 

  3. https://www.liputan6.com/health/read/3549303/si-kecil-takut-ke-dokter-gigi-harus-apa