Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dengan kesehatan tubuh lainnya, artinya tubuh yang sehat tidak terlepas dari memiliki gigi dan mulut yang sehat. Oleh karena itu, untuk melaksanakan program-program kesehatan, pengupayaan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan. Namun, saat ini kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya memiliki kualitas gigi dan mulut yang sehat masih sangat kurang. Hal ini terbukti dengan lebih dari setengah populasi umur 10 tahun ke atas di Indonesia mengalami masalah gigi berlubang yang belum ditangani. Gigi berlubang atau disebut karies ditandai dengan kerusakan struktur gigi yang kemudian menyebabkan terbentuknya lubang pada gigi. Apabila tidak segera ditangani, penyakit ini lama kelamaan dapat menimbulkan nyeri, rasa sakit, dan kehilangan gigi bahkan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit berbahaya. Beberapa studi melaporkan adanya hubungan antara penyakit gigi dengan penyakit jantung koroner, aterosklerosis, pneumonia, diabetes dan kelahiran prematur.
Sebenarnya kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut telah lama ditanamnkan di kedokteran gigi. Ada berbagai perubahan yang sangat mendasar dalam konsep perawatan kedokteran gigi sejak sekitar tahun 1970. Sebelumnya, banyak orang menganggap pencabutan gigi sebagai tindakan yang tepat untuk menghilangkan sakit gigi. Dilihat dari segi kebutuhan pasien pada saat adanya keluhan, pencabutan gigi dianggap tindakan yang sangat solutif, karena dengan hilangnya gigi yang sakit maka pasien terlepas dari penderitaannya. Namun, jika dipandang dari segi kebutuhan fungsional, pencabutan gigi merupakan awal terjadinya rangkaian masalah baru. Kehilangan gigi akan mengurangi kenyamanan dan efisiensi mengunyah. Maka dari itu, paradigma masyarakat mulai bergeser. Belakangan ini perawatan lebih diarahkan kepada upaya perawatan atau pemeliharaan kestabilan fungsi seluruh sistem pengunyahan, baik melalui tindakan pencegahan ataupun pemulihan. Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah menjaga kebersihan mulut, pendidikan kesehatan gigi, diet dan konsumsi gula, serta penggunaan fluor. Uraiannya disajikan berikut ini.
Menjaga Kebersihan Mulut
Menyikat gigi, penggunaan benang gigi (flossing), dan tindakan profilaksis profesional merupakan usaha dasar dalam menjaga kebersihan mulut. Keterampilan dan metode penyikatan gigi harus lebih ditekankan agar setiap orang mampu membersihkan seluruh permukaan giginya. Setiap individu sebaiknya menyikat gigi dua kali sehari segera sesudah sarapan pagi dan malam hari sebelum tidur dengan pasta gigi yang mengandung fluor. Pemakaian benang gigi juga perlu dibiasakan untuk membersihkan daerah celah gigi yang sulit terjangkau oleh bulu sikat gigi. Tindakan profilaksis profesional seperti scaling dan root planning dilakukan secara profesional oleh dokter gigi.
Edukasi Kesehatan Gigi
Edukasi Kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Dalam hubungannya dengan perilaku hidup sehat itu penting karena tingkat kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pendidikan kesehatan gigi tentang kebersihan mulut, diet, konsumsi gula, dan kunjungan berkala ke dokter gigi lebih ditekankan pada anak yang berisiko tinggi terhadap penyakit gigi seperti karies dan penyakit jaringan pendukung. Informasi ini sebaiknya bersifat individual dan dilakukan secara terus menerus serta harus menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab anak untuk memelihara kesehatan mulutnya.
Diet dan Konsumsi Gula
Tindakan pencegahan karies gigi lebih menekankan ke anak untuk mengurangi konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara memberikan nasihat tentang diet yang baik dan diet bahan pengganti gula. Diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari air ludah, memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang mampu membersihkan dan merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket, membatasi frekuensi makan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di antara jam makan.
Penggunaan Fluor
Penggunaan fluor dapat dilakukan melalui fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur yang mengandung fluor, tablet fluor serta topikal aplikasi fluor. Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan masalah karies di masyarakat secara umum. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Topikal aplikasi fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor, tablet fluor, dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau menghambat perkembangan karies. Topikal aplikasi fluor diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai risiko karies tinggi oleh profesional medis.
Sumber:
Axelsson P. 1999. An introduction to risk prediction and preventive dentistry. Chicago: Quinressence Publishing Co., Inc., 113-114.
Panjaitan, M. 1997. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Ed ke-1. Medan: USU Press: 30-53.
Pintauli, S. dan Hamada, T. 2007. Menuju gigi dan mulut sehat. Pencegahan dan Pemeliharaan. Medan: USU Press: 1-20.