Perlukah Obat Kumur? Pahami Dulu Efek Sampingnya!

Article | 2020-03-13 01:09:34

Home » Articles » Perlukah Obat Kumur? Pahami Dulu Efek Sampingnya!

Perlukah Obat Kumur? Pahami Dulu Efek Sampingnya!



DEFINISI OBAT KUMUR

Obat kumur adalah larutan mengandung komponen aktif seperti antiseptik, antibiotik, astringent, anti jamur dan efek anti inflamasi bagi rongga mulut dan faring. Obat kumur pada umumnya digunakan untuk menjaga nafas tetap harum dan segar, mencegah penyakit mulut, seperti gigi berlubang dan peradangan gusi serta mengurangi dan menghambat pembentukan plak.


JENIS OBAT KUMUR

Secara umum, ada 2 macam jenis obat kumur yatu: kosmetik dan terapetik.

Obat kumur kosmetik mampu mengontrol bau mulut secara sementara dan meninggalkan rasa yang nyaman. Tapi obat kumur jenis ini tidak memiliki bahan kima atau biologis di balik manfaatnya yang hanya sementara. Misalnya, jika produk obat kumur ini tidak mampu membunuh bakteri yang menjadi penyebab utama bau mulutnya, maka obat kumur ini digolongkan kedalam jenis kosmetik. Sebaliknya, obat kumur terapetik memiliki bahan aktif yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengurangi kondisi seperti bau mulut, peradangan gusi, pembentukan plak dan gigi berlubang.


KANDUNGAN OBAT KUMUR

Berbagai jenis obat kumur tersedia di pasaran dengan kandungan bahan aktif berbeda. Beberapa bahan utama terdapat dalam obat kumur antara lain adalah chlorhexidine gluconate, benzydamine hydrochloride, cetylpyridinium chloride, sodium benzoate, triclosan, hydrogen peroxide, povidone-iodine, fluoride, sodium bicarbonate, minyak esensial dan etanol.


APA EFEK SAMPINGNYA?

Penggunaan obat kumur sebenarnya boleh-boleh saja, karena digunakan untuk menghilangkan bau mulut. Tapi di dalam obat kumur terdapat bahan antiseptik yang berfungsi membunuh kuman dan bila berlebihan dapat merusak ekosistem yang ada di dalam rongga mulut yang akhirnya dapat menimbulkan bau mulut. Antiseptik yang terkandung dalam obat kumur berfungsi melawan plak, melindungi gigi dari kerusakan serta menyamarkan bau mulut. Menggunakan obat kumur tanpa aturan yang jelas dapat menyebabkan meningkatnya risiko untuk terjadinya hal-hal berikut:

  1. Sensasi Mulut Terbakar

Sensasi terbakar pada jaringan rongga mulut merupakan bentuk keluhan yang cukup banyak dilaporkan oleh pengguna obat kumur yang mengandung alkohol. Sensasi yang dirasakan sebanding dengan konsentrasi alkohol dan lamanya waktu berkumur. Berdasarkan fakta ini, maka penggunaannya tidak dianjurkan pada pasien yang menderita cedera jaringan lunak mulut. Sensasi rasa terbakar ini akan menurun dan menghilang bila pemakaiannya dihentikan.

  1. Nyeri di Mulut

Penggunaan obat kumur berbahan alkohol juga dilaporkan menimbulkan nyeri di mulut (oral pain). Etanol mempengaruhi jaringan dan persepsi rasa sakit penggunanya. Lamanya waktu berkumur berbanding lurus dengan awal mula rasa nyeri dan intensitasnya. Rasa nyeri ini dirasakan semakin lama pada individu bukan pengonsumsi alkohol, akibat degenerasi ujung saraf di mukosa rongga mulut yang terjadi akibat pemakaian obat beralkohol. Kontak terlalu lama dengan obat kumur yang mengandung alkohol membuat respon saraf berkurang, karena etanol mampu mendestruksi jaringan saraf.

  1. Perubahan Warna Gigi

Sebuah penelitian membuktikan bahwa obat kumur beralkohol mengakibatkan perubahan warna yang nyata pada permukaan gigi dibandingkan obat kumur yang bebas alkohol maupun yang mengandung chlorhexidine. Tingginya konsentrasi alkohol (± 21.6%) dan rendahnya pH obat kumur menyebabkan demineralisasi email gigi pasca penggunaan jangka panjang, disamping menyebabkan pigmentasi (perubahan warna) pada permukaan gigi. Perubahan warna yang ditimbulkan oleh obat kumur beralkohol ini terlihat pada email yang menjadi gelap hingga kebiruan.

  1. Kanker Rongga Mulut

Risiko lain yang perlu mendapat perhatian pada obat kumur beralkohol adalah risiko terjadinya kanker. Beberapa obat kumur bahkan mengandung alkohol lebih tinggi daripada minuman beralkohol yaitu 26%. Secara umum, etanol yang terkandung dalam beberapa obat kumur meningkatkan daya serap bahan pencetus kanker ke jaringan mulut. Tidak sedikit bukti ilmiah yang telah berhasil membuktikan hubungan alkohol dengan kanker mulut. Dalam hal ini, sebuah penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan rutin obat kumur mengandung alkohol menyebabkan tingginya prevalensi kanker mulut di kalangan wanita daripada pria. Sekalipun penderita tersebut tidak merokok dan mengonsumi alkohol. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1991 menunjukkan peningkatan signifikan dari risiko kanker rongga mulut terkait penggunaan obat kumur secara teratur, variasi dosis, durasi dan frekuensi penggunaan obat kumur serta konsentrasi alkohol. Penelitian lain mengemukakan obat kumur dengan kandungan alkohol berbeda yaitu bebas alkohol, rendah alkohol (<25 %) dan tinggi alkohol (>= 25 %) membuktikan bahwa peningkatan risiko kanker mulut dan faring berbanding lurus dengan konsentrasi alkohol. Pemakaian rutin dua kali sehari dilaporkan dapat meningkatkan risiko sembilan kali lebih besar bagi pengguna yang merupakan perokok, dan lima kali lebih besar bagi pengguna yang merupakan pengonsumsi alkohol, serta lima kali lebih besar bagi mereka yang tidakpernah mengonsumsi minuman beralkohol.

Oleh karena beberapa risiko di atas penggunaannya harus mengikuti aturan dan ketentuan yang dianjurkan oleh para praktisi kesehatan misalnya oleh dokter, dokter gigi, perawat gigi atau tenaga kesehatan gigi. Praktisi kesehatan juga mengemukakan anjuran untuk menggunakan obat kumur dengan fungsi sebagai pelengkap atau tambahan untuk melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut saja.

Pemilihan obat kumur tersebut tidak bisa sembarangan. Ada berbagai sebab yang ditimbulkan dari bau mulut, dan tidak semua bau mulut dapat dihilangkan hanya dengan menggunakan obat kumur. Penggunaan obat kumur yang efektif adalah saat malam hari ketika hendak tidur. Karena pada saat kita tidur mulut kita tidak beraktifitas sama sekali, dengan demikian merupakan waktu yang tepat kuman-kuman beraktifitas.

Sumber:

  1. Wirth Tanja, Kawecki MM, Cunningham C, Bovaird I,Macfarlane TV. Can Alcohol Intake from Mouthwash beMeasured in Epidemiological Studies? Development andValidation of Mouthwash Use Questionnaire withParticular Attention to Measuring Alcohol Intake fromMouthwash. J Oral Maxillofac Research. 2012; 3(3):1-2, 7-8.

  2. Fitriani. 2005. Cara Cepat Mengatasi Bau Mulut. (http://i-tbi.org, diakses 17 April 2012)

  3. Akhmadi. 2008. Efek Samping Penggunaan Obat Kumur Terhadap Rongga Mulut. Pontianak: Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Pontianak

  4. Lemos-Junior CA, Villoria GEM. Reviewed evidence aboutthe safety of the daily use of alcohol-based mouthrinses.Brazilian Oral Research. 2008: 24-30

  5. Satpathy A, Ravindra S, Porwal A, Das AC, Kumar M,Mukhopadhyay I. Effect of alcohol consumption statusand alcohol concentration on oral pain induced byalcohol-containing mouthwash. Journal of Oral Science.2013; 55(2): 99-100, 103-04

  6. Moreira AD, Mattos CT, Araujo MV, Ruellas AC,Sant’Anna EF. Chromatic analysis of teeth exposed todifferent mouthrinses. Elsevier Ltd. 2013: 24-26

  7. Dahiya Varun, Shukia Pradeep, Hasija Shreya.Mouthwashes: role in prevention of oral diseases. IvoryIndia. 2013: 48.

  8. Werner C.W de, Seymour R. A. Are alcohol containingmouthwashes safe? British Dental Journal. 2009: 1-4.

  9. https://www.ada.org/en/member-center/oral-health-topics/mouthrinse